KISAH MAULANA SYEKH IBRAHIM AL-KHALIDI KUMPULAN 
DENGAN MURIDNYA YANG SEKALIGUS URANG SUMANDO NYA,
SYEKH MUHAMMAD SAID BONJOL



Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan memiliki seorang murid yang cerdas dan gigih dalam menuntut ilmu, sehingga murid tersebut pada akhirnya juga menjadi Syekh dan Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah. Murid tersebut dipertemukan dan menuntut ilmu kepadanya ketika Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan sudah diusia senja, sehingga Murid tersebut dinikahkan dengan salah seorang cicitnya. Muridnya tersebut merupakan salah seorang ulama pengurus Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah, organisasi yang didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli Candung) yaitu Syekh Muhammad Said Bonjol.

Pada suatu hari, Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan sedang duduk bersama khalifah termudanya yakni Syekh Muhammad Said Bonjol yang masih muda dan belum pernah menunaikan Haji ke Baitulllah.
Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan bertanya : “adakah niat dihatimu untuk menunaikan ibadah Haji ?”. Syekh Muhammad Said Bonjol pun menjawab : “ada nyiak”. “Kalau begitu, nanti kalau saya panggil datang ke rumah ya”. Lanjut Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan.
Beberapa hari kemudian Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan memanggil Syekh Muhammad Said Bonjol untuk datang ke rumahnya dan menyampaikan kepadanya : “ Tiga hari lagi kamu melangkah dari sini menuju Makkah untuk menunaikan Haji, sayo (Maulana Syekh Ibrahim menyebut "sayo" akan dirinya ketika berbicara dengan orang lain, sayo artinya saya) mengantar kamu hanya sampai Tabing, lalu kami naik Bendi ke Bukittinggi dan ini uang sebanyak tiga suku (satu rupiah lima puluh sen) untuk ongkos kesana. Agak terlambat Syekh Muhammad Said Bonjol mengambil itu, melihat hal demikian Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan berkata : “Kenapa ? kamu takut uang ini tidak cukup untuk ongkos ke Makkah ?”. Syekh Muhammad Said Bonjol menjawab : “Tidak nyiak”. Dan ia mengambil uang yang diberikan Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan itu.
Tiga hari setelah itu, Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan mengantarnya ke Tabing (Simpang Tiga Kumpulan sekarang), Syekh Muhammad Said Bonjol berangkat dengan menaiki Bendi menuju Bukittinggi, esok harinya berangkat menuju Pekan Baru, beberapa hari perjalanan sampailah di Pekan Baru, langsung naik kapal menuju Tanjung Pinang, lalu pindah kapal menuju Singapura. Perjalanan dari kampung sampai ke Singapura, setiap kendaraan yang ia naiki selalu tak mau dibayar jasanya, begitu juga dengan makanan dan minuman, selalu ada saja yang memberi dengan ikhlas.
Di Singapura, Syekh Muhammad Said Bonjol berjumpa dengan orang-orang yang juga akan berangkat ke Makkah, mereka mempercayai Syekh Muhammad Said Bonjol untuk menjadi kepala rombongan, segala biaya perjalanan termasuk makan dan minum ditanggung oleh orang-orang tersebut. Ditengah perjalanan, ada saja orang yang memberikan sumbangan kepada rombongan itu, seperti buah-buahan, air minum, makanan bahkan ada juga yang memberikan uang. Hari demi hari, anggota rombongan pun semakin bertambah, jadilah rombongan itu sebuah rombongan yang cukup besar terdiri dari orang-orang yang berbeda suku bangsa. Akhirnya mereka sampai di Makkah dengan selamat.
Sampai akhirnya, Syekh Muhammad Said Bonjol pulang kembali ke Kumpulan, uang yang diberikan oleh Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan tersebut tetap utuh, tanpa kurang sedikitpun. Demikian yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad Said Bonjol kepada Ilyas Sutan Sinaro (salah seorang zuriat/cicit Maulana Syekh Ibrahim Al-Khalidi Kumpulan)

AsyFiya : 28 Des 2019