BENTUK-BENTUK TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN PADA ANAK USIA DINI

A.     Tanggung Jawab Penanaman Nilai Aqidah (Iman)
Aqidah berarti ikatan atau sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan atas segala sesuatu. Dalam pengertian teknis adalah iman atau keyakinan. (Ali 1998 : 199). Iman (Aqidah) ialah percaya kepada Allah , para malaikatnya, berhadapan dengan Allah, percaya kepada para Rasul-Nya, dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. (Syafe'i, 2000: 16). Kedudukan aqidah atau iman sangat sentral dan fundamental, karena iman merupakan titik tolak segala aktivitas manusia dalam Islam.
Bagi orang tua menanamkan aqidah kepada anak sejak dini merupakan hal pertama dan utama. Menanamkan nilai aqidah merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Karena aqidah merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang. Nilai aqidah atau keimanan pada anak usia dini merupakan landasan pokok bagi kehidupan sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW menyebutkan :
ما من مولود الايولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه        (رواه البخرى)

Artinya: "Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan mereka Nasrani, Yahudi dan Majusi. (HR. al-Bukhari 1981:456)
Berdasarkan hadis di atas, dapat diambil sebuah pengertian bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, perkembangan selanjutnya tergantung orang tua atau pendidiknya, maka orang tua wajib mengarahkan anaknya  agar sesuai dengan fitrahnya. Dan bagaimana cara penanaman nilai-nilai keislaman tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
Imam al-Ghazali mengemukakan : "Ketahuilah bahwa apa yang telah kami sebutkan itu mengenai penjelasan aqidah (keyakinan) mana sebaiknya didahulukan kepada anak-anak diawal pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan baik, kemudian senantiasa terbukalah pengertiannya nanti sedikit demi sedikit sewaktu dia sudah besar, jadi permulaannya menghafal, memahami, kemudian beri'tikad, mempercayai dan membenarkan dan yang berhasil bagi anak-anak tanpa memrlukan bukti". (Zainuddin 1991 : 98)
Dari uraian di atas diketahui, bahwa azas pendidikan keimanan terutama aqidah mempercayai keesaan Allah harus diutamakan, karena akan hadir secara sempurna di jiwa anak "perasaan bertuhan" sebagai fundamen berbagai aspek kehidupan.
Dalam menanamkan nilai aqidah pada anak usia dini orang tua baiknya mencontoh Luqmanul Hakim, seorang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat terpuji. Sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 13 :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ    
Artinya :    "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman/31 : 13)

Aqidah tauhid  yang tertanamkan kokoh dalam jiwa anak usia dini akan mewarnai kehidupan sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya  yaitu Allah yang Maha Kuasa. Sehingga timbul rasa takut untuk berbuat hal-hal yang tidak baik dan selalu berhati dalam bertindak. Oleh karena itu, penanaman nilai keimanan harus dijadikan salah satu pokok dari pendidikan keshalehan anak. Dengannya dapat diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Adapun langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan nilai aqidah kepada anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Membacakan Kalimat Tauhid pada Anak Usia Dini
Kalimat tauhid yang dibacakan kepada anak usia dini akan memberikan pengaruh terhadap kejiwaannya. Rasullah SAW menganjurkan kepada orang tua untuk mengazankan bayi yang baru lahir. Ramayulis mengatakan, "azan bagi anak laki-laki disuarakan pada telinga kanan dan ikamah pada perempuan disuarakan di telinga kiri, gunanya agar apa-apa yang pertama menembus pendengaran anak (manusia) adalah kalimat-kalimat  seruan yang Maha Tinggi dan yang mengandung kebesaran Allah. (Ramayulis, 2006: 308). Dari penjelasan ini jelas kalimat tauhid harus sudah diperdengarkan pada anak sejak sedini mungkin, karena lantunan kalimat tauhid tersebut akan mengalirkan ke dalam jiwanya. Sedangkan pada tahapan selanjutnya, Ibnu Qayyim berkata dalam kitab Ahkam              al-Maulud: "Apabila anak telah mampu mengucapkan kata-kata, maka diktekanlah pada mereka kalimat La ilaha illallah Muhammadar Rasulullah”. (Hafizh, 1997: 114-115). Dalam penjelasan ini dapat dipahami bahwa        ketika anak sudah mulai berkata-kata, terlebih dahulu harus ditanamkan kepadanya bahwa tiada Tuhan yang patut yang disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Sehingga ketika anak sudah dewasa kelak dia akan meyakini bahwa Allah adalah sang pencipta yang wajib disembah, sedangkan dia hanyalah hamba Allah yang lemah yang butuh akan Allah.

2.      Menanamkan Kecintaan pada Allah dan Rasul
Anak berumur 3 tahun sudah mulai mengajukan pertanyaan tentang Tuhan dan dimana ia berada, tapi kalau anak dibawa umur tersebut tidak diketahui secara pasti. Sebagaimana Zakiah Daradjat mengatakan: “Mulai umur 3 dan 4 tahun anak-anak sering mengemukakan pertanyaan yang ada hubungannya dengan agama, misalnya "siapa Tuhan, dimana surga, bagaimana cara pergi ke sana?". Dengan cara memandang alam ini seperti memandang dirinya, belum ada pengertian yang methapisik. Hal-hal seperti kelahiran, kematian, pertumbuhan dan unsur-unsur lain yang diterangkan secara agamis. (Daradjat, 1992: 47)  
Menanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul pada anak usia dini akan mudah dilakukan apabila orang tua mengetahui tabi'at anak usia dini. Anak usia dini biasanya mempunyai perasaan yang polos dan penuh kasih sayang. Dia akan baik pada orang jika orang itu baik padanya, sebaliknya dia akan jahat pada orang jika orang itu jahat padanya. Maka hal-hal yang mesti dilakukan oleh orang tua untuk menumbuhkan kecintaan anak terhadap Allah adalah :
a.       Memperkenalkan nama Allah dan Rasul-Nya kepada anak usia dini
Orang tua harus memberitahu bahwa ada suatu zat yang menguasai seluruh alam ini karena Dia-lah yang menciptakan semua yang ada. Sedangkan manusia mengetahuinya dari manusia-manusia pilihan  Allah yang  dekat dengan-Nya. Dan yang paling dekat dengan Allah diantara Rasul-rasul itu adalah Muhammad SAW. Maka melalui pengenalan seperti ini, sudah tertanam dalam pikiran anak bahwa Allah adalah yang menciptakan semuanya dan Nabi Muhammad         serta Rasul-rasul lainnya merupakan orang yang berjasa dalam menyampaikannya kepada manusia  
b.      Menggambarkan tentang Penciptaan Alam Semesta melalui Cerita-Cerita yang Menarik
Di sini orang tua menanamkan kecintaan akan Allah pada anak usia dini melalui ciptaan-ciptaan Allah. Orang tua mengajak anak untuk memperhatikan ciptaan Allah, seperti langit, bulan, bintang dan sebagainya. Semua itu ada karena ada yang menciptakannya, yaitu Allah.  Hal ini tidak menutup kemungkinan anak akan menanyakan di mana "Allah" itu. Seandainya ini terjadi, maka orang tua dapat menjelaskan melalui perumpamaan pada benda-benda yang ada didekatnya. Misalnya kipas angin, kipas angin ada yang menciptakan tapi kita tidak melihat orang yang menciptakan. Begitu juga dengan langit yang besar, pasti ada yang menciptakan karena mustahil langit itu ada kalau tidak ada yang mengadakannya. Saking besarnya langit itu, maka yang menciptakannya jauh lebih besar sehingga tidak dapat dilihat oleh manusia. Tetapi ia ada dan selalu melihat kita. 
c.       Menjelaskan tentang nikmat Allah
Di sini orang tua dapat menanamkan kecintaan anak pada Allah dengan menjelaskan bahwa semua yang ada ditubuhnya adalah pemberian Allah. Mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berucap dan lain sebagainya. Melalui cara ini anak akan merasa Allah adalah yang paling baik, sesuai dengan tabi'at anak usia dini, maka ia juga akan membalas kebaikan itu.
Jika ketiga cara di atas sudah dilakukan oleh orang tua, maka anak akan mengenal Allah sebagai zat yang maha pencipta, penguasa dan yang telah memberikan nikmat yang banyak kepadanya serta para Rasul terutama Nabi Muhammad adalah orang yang berjasa menyampaikan pesan-pesan Allah pada manusia. Dengan demikian, dalam pikiran anak akan tertanam bahwa Allah dan Rasul cinta kepadanya dan ia juga akan mencintai Allah dan Rasul tersebut.

3.      Mengajarkan Anak Usia Dini Membaca al-Qur'an.
Pada cara ini, anak usia dini belum dituntut untuk bisa membaca secara maksimal. Mengajarkan al-Qur'an pada anak tahap ini hanya merupakan pengenalan terhadap kitab sucinya, yang akan dijadikan sebagai pedoman hidup setelah dewasa kelak. Anak yang terbiasa membaca al-Qur'an atau hadir bersama orang tua ketika membaca                 al-Qur'an akan semakin cinta pada al-Qur'an dan pola pikir anak akan terarah pada pola yang terdapat dalam al-Qur'an. Oleh karena itu al-Qur'an merupakan dasar pengajaran pertama yang akan membentuk watak anak secara keseluruhan. (Hafizh 1997 : 139)

4.      Mengajarkan Anak Usia Dini Teguh pada Aqidah dan Rela Berkorban Membelanya.
Aqidah yang kuat  dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal terpenting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu sarana yang bisa menguatkan aqidah adalah ketika anak telah memiliki  nilai pengorbanan dalam diri demi membela aqidah yang ia yakini kebenarannya, maka semakin kuat nilai pengorbanannya, akan semakin kokoh pula aqidah yang ia miliki.
Pada saat aqidah serta keyakinan akan kebenaran Islam sudah tertanam kuat maka dalam diri anak akan timbul keyakinan yang kuat dalam mepertahankan kebenaran. Ia akan marah apabila agamanya dihina dan dilecehkan.

B.     Tanggung Jawab Penanaman Nilai Ibadah
Ibadah merupakan tujuan utama dari amalan seorang muslim dan merupakan realisasi dari keimanan seseorang. Ibadah merupakan segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, baik berupa ucapan maupun berupa perbuatan. Ibadah juga merupakan penyerahan seorang hamba terhadap  Allah, ibadah yang dilakukan dengan benar dan sesuai dengan syari'at Islam merupakan implementasi dari penghambaan diri kepada Allah. Karena pada hakikatnya manusia diciptakan adalah untuk mengabdi Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ    

Artinya:     "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya    mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzariyat/51 : 56)

Penanaman nilai ibadah pada anak juga harus dimulai semenjak                di rumah tangga dan menjadi tanggung jawab orang tua yang tidak  dapat diabaikan. Nilai ibadah yang ditanamkan pada anak usia dini akan membiasakannya melaksanakan kewajiban setelah  dewasa kelak. Dan yang perlu diingat penanaman nilai ibadah pada anak usia dini  tidak menuntut anak untuk dapat beribadah dengan sempurna, tetapi hanya sebagai perkenalan dan pembiasaan saja.
Penanaman nilai ibadah pada anak usia dini merupakan salah satu aspek pendidikan yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah . Ibadah yang dimaksud bukan ibadah ritual saja tetapi ibadah dalam artian umum dan khusus. Ibadah khusus yaitu ibadah yang sudah ditentukan oleh Allah waktu dan tata cara pelaksanaannya, sedangkan  ibadah umum adalah segala perbuatan baik yang diizinkan oleh Allah. Adapun hal-hal yang mesti dilakukan oleh orang tua dalam menanamkan nilai ibadah pada anak usia dini diantaranya adalah :
  1. Mengajak Anak ke Tempat Ibadah
Mengajak anak usia di sini ke tempat ibadah merupakan salah satu wadah untuk mendekatkan anak kepada Allah. Dengan terbiasa pergi ke tempat ibadah (masjid), anak usia dini akan melihat bagaimana orang merealisasikan keimanannya untuk menyembah Allah serta anak akan mendengar  suara adzan yang dikumandangkan oleh muadzin, akhirnya orang datang beramai-ramai dan beribadah bersama-sama kepada Allah. Ini merupakan pemandangan yang menakjubkan bagi seorang anak usia dini. Semua ini akan memberikan pengaruh yang besar pada jiwanya.

  1. Memperkenalkan Arti Ibadah
Ibadah dilakukan untuk membuktikan keimanan dan kepatuhan kepada Allah. Ini bisa diberikan oleh orang tua setelah menanamkan keimanan terlebih dahulu kepada anak. Pada pembahasan sebelumnya, telah diterangkan bahwa tabi'at anak usia dini adalah  polos dan penuh kasih sayang. Setelah anak usia dini punya persepsi bahwa Allah itu mencintai maka ia juga akan mencintai Allah. Orang tua dapat menjelaskan bahwa mencintai Allah harus dibuktikan dengan beribadah kepada-Nya. Dan membawa anak kecil termasuk bayi ke tempat ibadah diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana Ibnu Qayyim menjelaskan : "Diperbolehkan membawa bayi saat shalat, meski tidak diketahui secara pasti, apakah pakaian yang dikenakan bayi itu bersih atau kotor. (Al-Jawzy, 2007: 189)

  1. Melakukan Pembinaan Shalat
Shalat merupakan kewajiban setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah. Orang tua harus membiasakan anak usia dini untuk shalat sebelum ia mencapai usia yang mewajibkan untuk shalat. Dalam pembinaan ibadah shalat ini, anak usia dini tidak dituntut untuk melakukan shalat dengan benar dan sesempurna mungkin, tetapi yang terpenting di sini adalah anak kenal, gemar dan terbiasa melakukan shalat. Pembinaan shalat ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk shalat baik di rumah maupun di masjid. Karena sesuai dengan tabi'at anak seumuran ini, dia akan meniru gerakan-gerakan shalat yang dilakukan oleh orang yang dilihatnya terutama orang tua. 

  1. Melakukan Pembinaan Puasa
Puasa merupakan ibadah ritual yang berhubungan dengan proses peningkatan ruh dan jasad. Di dalam ibadah ini, anak usia dini diajak untuk mengenal semakin dalam makna keikhlasan kepada Allah. Puasa juga bertujuan agar setiap orang merasakan kelaparan yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak mempunyai kecukupan makanan di hari-hari di luar bulan puasa. Kewajiban orang tua  adalah membiasakan anak usia dini untuk mampu melakukan ibadah puasa, agar setelah dewasa nanti dia tidak merasa berat berpuasa yang sudah merupakan kewajibannya. Sama dengan ibadah shalat tadi, anak usia dini juga tidak dituntut untuk berpuasa penuh sepanjang hari, karena puasa pada masa ini hanya dalam rangka pembiasaan. Anak pada usia ini diberikan kebebasan untuk berpuasa sesuai dengan kemampuannya, bisa jadi seperempat atau setengah hari dan sebagainya.

  1. Melakukan Pembinaan Zakat/Infak
Salah satu bentuk ibadah lain adalah mengenalkan anak usia dini pada zakat fitrah dan berinfak yang merupakan bentuk kewajiban bagi setiap muslim. Dengan mengeluarkan zakat fitrah dan berinfak anak usia dini akan dikenalkan pada bentuk penyucian diri dan pentingnya tolong-menolong di antara sesama makhluk Allah. Diantaranya contoh cara pembiasaannya adalah ketika pembayaran zakat fitrah, biasakanlah anak membayarkannya dengan tangannya sendiri. Atau ketika ada pengemis yang meminta uang, berilah kesempatan kepada anak untuk memberikannya. Karena ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan oleh anak usia dini dan mudah-mudahan ia terbiasa hingga dewasa.

  1. Melakukan Pembinaan Ibadah Haji
Ibadah haji sama dengan ibadah-ibadah lainnya, tidak diwajibkan sepenuhnya kepada anak usia dini melainkan sebagai sarana untuk melatih diri agar mereka terbiasa  dalam melaksanakan ibadah yang memerlukan ketahanan fisik yang kuat. Dengan telah dilaksanakannya ibadah tersebut semenjak usia masih kecil. Hal ini diharapkan agar setelah dewasa nanti, ia tidak menganggap haji sebagai ibadah yang berat baginya. Misalnya, ketika ada pelatihan manasik haji bagi anak-anak yang dilakukan oleh lembaga tertentu, orang harus mendukung dan membimbing anak untuk melakukannya. Selanjutnya, orang tua harus menanamkan ke dalam pikiran anak usia dini bahwa ibadah haji merupakan ibadah penyempurna keislaman seseorang dan ibadah ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang kuat fisiknya. Dengan demikian, anak usia dini akan termotivasi untuk selalu menjaga kesehatannya.

  1. Membiasakan Anak untuk Berdo'a
Do'a adalah memohon perlindungan dan atau bantuan serta pertolongan dari Allah. (Ash-Shiddieqy, 1998: 632). Setiap manusia pasti mempunyai masalah dalam menjalani kehidupan, dan setiap manusia membutuhkan tempat berlindung dan berlabuh dari setiap persoalan yang dihadapi. Bagi orang yang beriman, Allah adalah satu-satunya tempat meminta pertolongan dan perlindungan. Agar seorang muslim dewasa terbiasa untuk berdo'a kepada Allah, terlebih dahulu harus dibiasakan untuk melakukannya di waktu masih kecil. Dan ini juga merupakan kewajiban orang tua. Pembiasaan berdo'a kepada Allah ini bisa dilakukan setelah orang tua terlebih dahulu menanamkan keyakinan bahwa Allah adalah yang paling berkuasa di jagad raya ini. Di samping itu, orang tua juga harus membiasakan anak usia dini untuk menyertai segala aktivitasnya dengan do'a. Misalnya, membaca do'a ketika akan makan, sesudah makan, sebelum tidur, bangun tidur, dan lain sebagainya. Sekurang-kurangnya mengawali setiap perbuatan dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim dan mengakhirinya dengan ucapan Alhamdulillahirabbil 'alamin.

C.    Tanggung Jawab Penanaman Nilai Akhlak
Akhlak merupakan bentuk jamak dari "khuluqun" diartikan sebagai perangai atau budi pekerti, gambaran batin atau tabi'at karakter. Kata akhlak serumpun dengan kata "khalqun" yang berarti kejadian, dan bertalian dengan wujud lahir atau jasmani. Sedangkan akhlak bertalian dengan faktor rohani, sifat atau sikap batin. Faktor lahir dan batin adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, sebagaimana tidak dapat dipisahkannya jasmani dan rohani. (Zuhairini, 2005: 50). Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa akhlak adalah tingkah laku manusia yang timbul dari dalam jiwa tanpa rekayasa atau direncanakan. Akhlak seseorang merupakan cerminan keadaan batin (keimanan) seseorang.
Akhlak menempati kedudukan yang sangat penting dalam Islam.           Ia dengan takwa, merupakan "buah" pohon Islam yang berakarkan aqidah, bercabang dan berdaun syari'ah. (Ali, 1998: 348). Pentingnya akhlak dapat dilihat dalam Hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
إنما بعثت لأ تمم صالح الأخلاق

Artinya:     "Sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak". (Hanbal 1989 : 218)

Berdasarkan hadis di atas, jelas bahwa tujuan utama dari ajaran Islam adalah kesempurnaan akhlak. Keimanan yang tertancap dalam hati harus direalisasikan dengan beribadah kepada Allah dan buah dari ibadah adalah akhlak yang baik. Artinya setiap manusia yang mengaku beriman kepada Allah harus mampu berbuat baik dalam kehidupan. Sebaliknya, manusia yang tidak mampu berbuat baik dalam kehidupan membuktikan belum sempurnanya keislaman seseorang.
Akhlak yang baik sangat dibutuhkan oleh manusia.  Karena dengan memiliki akhlak yang baik (mulia) manusia akan mudah diterima di sisi manusia terutama lagi di sisi Allah. Oleh karena itu, berakhlak yang baik harus dibiasakan semenjak kecil, dengan terbiasanya berakhlak mulia sejak kecil diharapkan ia mempunyai akhlak yang baik pula hingga akhir hidupnya di dunia ini. Orang tua memegang peranan penting sekali dalam menanamkan akhlak kepada anak usia dini sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi dengannya, sebab ia  memperoleh pengaruh dari setiap tingkah laku orang tua.
Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak usia dini adalah pembinaan akhlak. Untuk mewujudkannya tidaklah mudah, karena membutuhkan   kerja keras serta kesabaran orang tua  selaku pendidik. (Hafizh, 1997: 178). Pernyataan ini memberikan pemahaman bahwa menanamkan akhlak yang mulia kepada anak usia dini bukanlah sesuatu yang mudah. Akhlak seorang anak tidak akan berubah kearah yang lebih baik dalam waktu yang singkat, tapi membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Dan yang lebih penting lagi, orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam menanamkan nilai akhlak kepada anak usia dini, artinya orang tua yang mempunyai akhlak yang baik akan lebih mudah menanamkan nilai akhlak kepada anak usia dini dari pada orang tua yang tidak memiliki akhlak yang baik. Karena, sesuai dengan tabi'atnya anak usia dini suka meniru hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada disekitarnya  terutama perilaku orang tua sebagai orang yang paling dekat dan paling sering bersamanya. Mustahil anak usia dini termotivasi untuk berakhlak mulia jika ia tidak melihat orang tuanya melakukan hal yang sama. Adapun bentuk-bentuk tanggung jawab orang tua dalam menanamkan nilai akhlak terhadap anak usia dini adalah sebagai berikut :
  1. Menanamkan Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah merupakan salah satu tugas hamba yang tidak dapat diabaikan. Untuk itu, orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan dan membiasakan anak usia dini agar mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Adapun hal-hal yang harus dibiasakan kepada anak usia dini agar mereka termasuk golongan orang-orang yang berakhlak kepada Allah adalah :
a.       Tidak menyekutukan Allah dan hanya memohon kepada-Nya.
 Dalam menanamkan nilai-nilai aqidah orang tua bertanggung jawab menanamkan kecintaan kepada Allah, cinta kepada Allah bukan berarti tidak menduakan cinta tersebut. Maka dari itu sebagai wujud kesetiaan dan akhlak kepada Allah orang tua juga harus menanamkan ke dalam jiwa anak usia dini bahwa Allah itu adalah Esa (Satu), tidak ada Tuhan selain Dia yang pantas disembah. Selain itu, anak juga dibiasakan untuk hanya berdo'a kepada Allah karena tidak pantas sekali seorang hamba yang sudah mengetahui keesaan dan kebesaran Allah meminta kepada selain-Nya. Sebagaimana  firman Allah dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4 :
 ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ  öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  

Artinya :   Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas/112: 1-4)

Dalam ayat surat al-Furqan  Allah juga berfirman :
Ï%©!$# ¼çms9 à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur óOs9ur õÏ­Gtƒ #Ys9ur öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! Ô7ƒÎŽŸ°  Îû Å7ù=ßJø9$# t,n=yzur ¨@à2 &äóÓx« ¼çnu£s)sù #\ƒÏø)s? ÇËÈ  

Artinya :   "Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". (QS. al-Furqan/25 : 2)

Selanjutnya Allah berfirman dalam surat al-fatihah ayat  5 :
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ  

Artinya : "Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan". (QS. al-Fatihah/1 : 5)

b.      Taat melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya
Dalam menanamkan nilai ibadah yang telah dibahas di atas, orang tua dituntut membiasakan anak usia dini untuk melakukan ibadah. Sedangkan untuk menanamkan akhlak kepada Allah, selain melaksanakan perintah Allah juga dibiasakan untuk meninggalkan larangan-Nya, karena sangat tidak pantas apabila seorang hamba mencampuradukkan antara perintah dan larangan Allah.
c.       Bersyukur kepada-Nya
Allah adalah zat yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi. Bersyukur merupakan wujud terima kasih atas segala pemberian Allah. Maka kebiasaan untuk bersyukur tersebut perlu ditanamkan semenjak kecil, agar setelah dewasa nanti ia tidak menjadi orang yang sombong karena mengingat bahwa semua yang dimilikinya berasal dari Allah. Orang yang selalu bersyukur  akan ditambah oleh Allah nikmat kepadanya, sebaliknya orang yang tidak mau bersyukur kepada Allah akan mendapat azab dari-Nya. Sebagaimana yang temaktub dalam surat Ibrahim ayat 7 :
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã Ó
ƒÏt±s9 ÇÐÈ  

Artinya: "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;    "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim/14 : 7)

d.      Bertawakkal kepada-Nya.
Salah satu hal tidak kalah penting dalam menanamkan akhlak terhadap Allah dan penyelamat seorang hamba dari kekufuran adalah tawakkal. Tawakkal merupakan wujud pasrah dan ikhlas terhadap ketentuan Allah setelah seorang hamba berikhtiar. Di sini, orang tua harus meyakinkan kepada anak usia dini bahwa dia harus berusaha, dan jika usaha tersebut tidak berhasil maka harus pasrah atau berserah diri kepada Allah karena manusia hanya bisa berusaha sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah.

  1. Menanamkan Akhlak kepada Rasul
Rasul tidak bisa dipisahkan dari Allah, karena Rasul adalah utusan Allah. Ajaran yang disampaikan oleh Rasul berasal dari Allah. Maka setelah mengajarkan agar berakhlak kepada Allah, orang tua juga bertanggung jawab mengajarkan anak usia dini  untuk berakhlak kepada Rasul. Adapun cara berakhlak kepada Rasul diantaranya adalah :
a.       Mematuhi perintah dan meninggalkan larangannya, karena pada hakikatnya perintah dan larangan Rasul adalah perintah dan larangan Allah.
b.       Mengikuti sunnah Rasul dan menjadikannya sebagai contoh teladan dalam berbuat.

  1. Menanamkan Akhlak kepada Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban anak setelah ta'at kepada Allah dan Rasul. Berbakti kepada orang tua akan menimbulkan kasih sayang dan keridhaan orang tua, begitu juga sebaliknya, durhaka kepada orang akan menimbulkan kemarahan orang tua serta menimbulkan kemarahan Allah. Realitas menunjukkan betapa banyak anak yang durhaka kepada orang, mulai dari yang membentak, memukul, bahkan sampai membunuh orang tuanya dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, orang tua perlu menanamkan kepada anak usia dini agar dia berbakti kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya agar setelah dewasa kelak mereka terhindar dari kemurkaan orang tua dan Allah. Di antara hal-hal yang mesti dilakukan   oleh orang tua adalah :
a.       Mengajarkan kepada anak usia dini agar menghormati, menghargai, tidak menghardik, berkata sopan, membiasakan bersalaman dan mencium tangan orang tua, mematuhi nasehat dan perintah orang tua selama tidak menyimpang dari jalan Allah SWT.
b.       Menanamkan kepada anak usia dini bahwa mereka masih harus berbakti kepada orang tua meskipun orang tuanya telah meninggal dunia. Di antara perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan oleh anak ketika orang tua telah meninggal dunia adalah menyelenggarakan janazah orang tua, memohonkan ampunan untuknya, menyempurnakan janjinya ketika masih hidup, menghormati sahabatnya, meneruskan jalinan hubungan kekeluargaan yang telah dibinanya. 

  1. Menanamkan Akhlak kepada Diri Sendiri
Berbuat baik bukan hanya kepada segala sesuatu yang berada di luar diri, tetapi juga kepada diri sendiri. Karena diri juga mempunyai hak untuk diperlakukan dengan baik. Dalam menanamkan akhlak terhadap diri sendiri ini yang mesti diajarkan dan dibiasakan oleh orang tua kepada anak usia dini adalah :
a.       Dari segi jasmani
Orang tua harus membiasakan anak usia dini agar ia memelihara menjaga kesehatan tubuh, seperti tidak telat makan, beristirahat ketika merasa kelelahan, menjaga kebersihan badan, dan lain-lain.
b.       Dari segi rohani 
Orang tua harus mengajarkan dan menanamkan ke dalam jiwa anak usia dini bahwa ia harus menjaga diri agar tidak terhempas ke lembah kehinaan dan memelihara serta meningkatkan kehormatan, berusaha dan melatih diri untuk mempunyai sifat-sifat terpuji dan menjauhi sifat-sifat tercela.

  1. Menanamkan Akhlak kepada Tetangga dan Masyarakat
Tetangga dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan. Masing-masing manusia mempunyai kebutuhan, sedangkan setiap manusia mempunyai kekurangan, artinya manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan dari orang lain, yaitu tetangga dan masyarakat. Di saat seseorang sakit misalnya, tetangga dan masyarakat sekitarlah yang mengetahui dan memberi bantuan terlebih dahulu. Hal demikian akan terjadi jika orang tersebut mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar, tetapi jika orang tersebut tidak mempunyai hubungan yang baik dengan mereka, maka mustahil itu terjadi. Agar seorang anak usia dini tidak mengalami hal yang demikian setelah dewasa kelak, maka orang tua bertanggung jawab untuk membiasakannya semenjak kecil. Di antara perbuatan yang harus dibiasakan  adalah  :
a.       Saling membantu
b.       Saling memberi
c.       Saling mengunjungi
d.      Saling menghormati
e.       Saling bekerjasama
f.        Saling menjaga hubungan dari pertikaian dan perseteruan
g.       Dan lain sebagainya.

  1. Menanamkan Akhlak kepada  Tumbuhan dan Hewan
Berakhlak mulia bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada makhluk Allah lainnya, yaitu tumbuhan dan hewan. Karena tumbuhan dan hewan tersebut memberikan manfaat kepada manusia, diantaranya yaitu tumbuhan bisa dijadikan obat, pohon, lidi, daun, buah kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan hewan, di antara manfaatnya yaitu daging-daging hewan tertentu bisa dikonsumsi oleh manusia, air susu sapi dapat diminum oleh manusia, kuda dapat ditunggangi manusia  dan lain sebagainya. Oleh sebab itu orang tua harus membiasakan anak usia dini untuk berakhlak kepada tumbuhan dan hewan. Di antara akhlak kepada tumbuhan yaitu merawat dan  melestarikan atau tidak  mengeksploitasinya dengan boros. Sedangkan akhlak terhadap hewan adalah tidak mengganggu, menyayangi, dan melestarikannya. Serta memberi makan bagi hewan peliharaan.
Dari pembagian akhlak di atas, tampak bahwa akhlak mencerminkan aqidah dan ibadah seseorang. Akhlak kepada Allah merupakan merupakan sikap seorang hamba terhadap sang Penciptanya (hablum minallah). Seorang hamba yang telah mampu berakhlak kepada kepada Allah sesuai dengan yang telah dijabarkan di atas, menandakan telah kokohnya keimanannya kepada Allah. Sedang akhlak terhadap selain Allah merupakan bentuk hubungan harmonis diantara sesame makhluk Allah (hablum minannas).
Ketiga nilai-nilai keislaman di atas, yaitu nilai aqidah, ibadah dan akhlak tidak bisa dipisahkan, karena ketiganya dibutuhkan oleh manusia untuk menjadi hamba paripurna. Aqidah merupakan pondasi dari keislaman seseorang, kokoh atau tidaknya pondasi tersebut dapat dilihat dari kemampuannya untuk  merealisasikan keimanan dalam bentuk ibadah dan ibadah yang benar akan memberikan pengaruh yang baik terhadap tingkah lakunya.
Menanamkan ketiga nilai keislaman ini (aqidah, ibadah dan akhlak) ke dalam jiwa seseorang tidaklah mudah dan hasilnya tidak dapat diperoleh dalam waktu yang dekat, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Penanaman nilai-nilai ini harus dimulai semenjak anak masih kecil, karena penanaman nilai-nilai di waktu ini akan memberi pengaruh yang besar kepada jiwanya setelah dewasa nanti, seperti pepatah mengatakan "belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air". Dengan demikian nilai aqidah, ibadah dan akhlak yang ditanamkan oleh orang tua ke dalam jiwa anak usia dini akan tersimpan lama dan dibawanya hingga dewasa. Sehingga mereka akan terbiasa untuk mengaplikasikannya.