Sepintas ketika mendengar kata "marah", akan terpikir dibenak kita bahwa itu adalah sifat negatif dan tidak baik untuk dilakukan. Padahal, tidak semua marah yang dilarang dalam Islam, bahkan marah sangat dianjurkan ketika melihat kemungkaran terjadi, dan akan lebih baik di sisi Allah SWT sekiranya diikuti dengan upaya untuk mencegahnya.

Dengan mengetahui macam-macam daya marah berikut, seseorang akan mengerti mana marah yang dibolehkan dan mana marah yang tidak dibolehkan :

1. Tidak memiliki daya marah atau lemah

Kurang baik ketika seseorang tidak dapat marah atau memiliki tingkat kemarahan yang lemah. Dengan tingkat daya marah yang lemah seseorang akan memiliki harga diri yang rendah dan hina atau bersikap diam saja ketika kemungkaran atau perbuatan haram terjadi dihadapannya.

Seorang mukmin, seyogyanya harus mempunyai rasa marah, dan tegas dalam hal ketika kemungkaran terjadi dihadapannya, seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. An-Nur ayat 2 dan QS. Al-Fath ayat 29.

2. Daya marah yang berlebihan

Daya marah yang berlebihan adalah daya marah yang keluar dari diri seseorang yang keluar dari kontrol akal dan agama. Termasuk marah marah tanpa sebab. Saat seseorang berada dalam posisi seperti ini, nurani dan akal waras akan hilang. Marah seperti ini sangat dilarang dalam Islam karena akan memberikan pengaruh buruk terhadap : jasad : jasad atau badan akan gemetar, berubah warna. lisan : lisan orang yang punya marah seperti ini biasanya akan mengeluarkan kata-kata kasar, kotor, penuh kebencian dan perkataan buruk lainnya. Anggota tubuh : anggota tubuhnya biasanya akan melakukan perbuatan-perbuatan kasar seperti memukul, menampar, membanting benda-benda yang ada dihadapannya, menendang dan lain sebagainya. hati : hati akan menjadi kotor karena akan dihingkapi sifat tercela seperti tidak tenang, iri, dengki, membuka aib orang yang dimarahi dan lain-lain.
Jelas sekali hal ini sangat bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

3. Daya marah sedang

Daya marah sedang maksudnya daya marah yang muncul ketika memang harus muncul dan tidak muncul ketika memang tidak seharusnya muncul. contoh : ketika melihat suatu kemungkaran terjadi, dia merasa tidak senang/marah dan ketika melihat seseorang mempunyai kelebihan dibanding dirinya, dia tidak marah malahan sebaliknya ia juga merasa senang.

Daya marah sedang ini masih dalam kontrol akal dan agama. Dan marah seperti inilah yang dianjurkan dalam Islam.


Imam al-Ghazali memberikan solusi kepada seseorang yang mempunyai daya marah yang berlebihan atau cara meredup emosi yang berlebihan, yaitu :

a. membaca ta'awudz. Dengan berta'awudz diharapkan Allah jauhkan syetan dari diri kita, karena           marah yang tidak terkontol itu adalah bisikan syetan.
b. merubah posisi. Seandainya kita melakukan marah yang berlebihan ketika berdiri maka duduklah,       apabila duduk maka berbaringlah.
c. berwudhu'. marah itu ibarat api, api akan padam dengan air, maka untuk menenangkan diri kita           yang memiliki emosi yang tidak terkontrol maka bawalah berwudhu'.
d. diam. berusaha untuk diam agar kata-kata kotor tidak melompat dari mulut kita.
e. memberi ma'af. berilah ma'af terhadap kesalahan orang membuat kita marah seperti yang                     dipesankan oleh Allah dalam surat Asy-Syura ayat 40.

                                                                                                                                    



                                                                                                                                       Mat. AA MA XII