KRITERIA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Kriteria Kepemimpinan Pendidikan
Kriteria adalah prasyarat, ukuran atau
standar. Kepemimpinan berasal dari akar kata “pemimpin” menurut Wirawan maksudnya adalah
orang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk
merealisir visinya. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan menterjemahkan
keinginan-keinginan para anggota atau para pengikut yang menekankan pada tujuan
dan sasaran organisasi melalui kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan
kerjasama yang baik dengan anggota dan memberikan dukungan pada
kelompok-kelompok tertentu diluar organisasi dan didalam organisasi. Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang diarahkan
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kriteria
Kepemimpinan Pendidikan adalah Prasyarat atau ukuran bagi seseorang yang
mengelola organisasi yang berhubungan dengan pendidikan, agar terealisasi
tujuan pendidikan tersebut dengan baik.
B. Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan
Lembaga pendidikan yang baik tidak akan
pernah ditemukan jika dipimpin oleh pemimpin yang mutunya rendah. Dalam kata
lain, pemimpin yang baik atau bermutu akan menghasilkan lembaga pendidikan yang
bermutu pula.
Maka dengan terpenuhinya ciri-ciri berikut
ini, akan terwujudlah lembaga pendidikan yang bermutu lebih dibanding dengan
lembaga pendidikan yang hanya menjalankan rutinitas biasa.
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut
:
1. Manusiawi
2. Memandang jauh ke depan (visioner)
3. Inspiratif (kaya akan gagasan)
4. Percaya diri
Manusiawi merupakan ciri kepemimpinan yang sangat penting. Dengan
memiliki ciri ini, seorang pemimpin lembaga pendidikan atau Kepala
Sekolah/Madrasah akan memperlakukan bawahannya secara manusia, mengerti akan
kebutuhan, keinginan dan perasaannya. Sebaliknya, jika ciri manusiawi ini
diabaikan maka yang akan ditemukan oleh pimpinan adalah perlawanan dari
bawahan, seperti tidak melaksanakan tugas secara profesional, kehadirannya
hanya sebatas penggugur kewajiban, tidak disiplin, tidak acuh akan peraturan yang
telah ditentukan, dan lain sebagainya.
Lembaga pendidikan harus mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan yang
akan bisa dimanfaatkan oleh warga lembaga pendidikan dan masyarakat. Kemampuan
pemimpin untuk melakukan ini disebut dengan pemimpin visioner. Pemimpin
visioner sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan yang direncanakan dan
menjawab harapan masyarakat.
Pemimpin yang tidak inspiratif dan tidak percaya diri akan menjadikan
lembaga yang dipimpinnya tidak akan kompetitif atau tidak akan mampu bersaing
dengan lembaga pendidikan lainnya dan hanya akan bergelut dengan kegiatan yang
bersifat rutinitas.
C. Gaya Kepemimpinan Pendidikan
Gaya kepemimpinan yang diperagakan oleh Bill Woods
adalah :
1. Otokritas
Yaitu pemimpin yang membuat keputusan
sendiri, karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul
tanggung jawab dan wewenang penuh. Gaya otokritas berdasarkan pada pendirian
bahwa segala aktivitas dalam organisasi akan dapat berjalan dengan lancar dan
berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan apabila semuanya semata-mata
diputuskan atau ditentukan oleh pimpinan.
2. Demokratis (partisipatif)
Yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan
kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana mereka dapat
menyumbangkan sesuatu. Gaya demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa
aktivitas dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan secara
bersama antara pejabat yang memimpin dan para pejabat yang dipimpin.
3. Kendali bebas
Yaitu pemimpin memberikan kekuasaan pada
bawahan, kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan
masalahnya sendiri, pengarahan tidak ada atau hanya sedikit. Gaya kendali bebas
berpangkal tolak dari pemikiran bahwa segala aktivitas dalam organisasi agar
berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan
apabila kepada bawahannya dalam melaksanaan
pekerjaan diberi keleluasaan untuk memutuskan segala apa yang
dikehendaki kemudian melaksanakan sesuai keinginannya pula. Gaya kendali bebas
ini biasanya tidak berguna, tetapi dapat menjadi efektif dalam kelompok
profesional yang termotivasi tinggi. Di
dalam buku Ngalim Purwanto, gaya ini juga disebut dengan Kepemimpinan yang
Laissez Faire.
4. Transformasional
Pemimpin gaya transformasional merupakan
perpaduan dari tipe nomothetis dan ideographis. Tipe nomothetis menekankan pada
persyaratan institusi yang ada dan conformitas kelakuan terhadap institusi
kalau perlu mengorbankan kebutuhan individu demi tujuan institusi dan individu
memegang teguh wewenang yang diperoleh karena status dan kedudukan pada aturan
dan prosedur-prosedur bersifat memaksa dan adanya sanksi-sanksi yang bersifat
ekstrim. Dalam hal ini, pemimpin selalu menuntut anggotanya efektif dalam
bekerja.
Sementara tipe ideographis adalah
kebalikannya. Dimana perhatian ditujukan kepada kepribadian individu. Tuntutan
organisasi terhadap individu sangat kecil sementara wewenang pemimpin dianggap
sebagai suatu pendelegasian hubungan dengan anggota yang terjalin karena
orientasi terhadap kebutuhan anggota. Pemimpinan tipe ideographis lebih menaruh
kepada ego atau kepribadian para anggota organisasi dari kebutuhan-kebutuhan
institusi itu sendiri.
Dari berbagai macam gaya kepemimpinan
diatas, penulis menyimpulkan bahwa masing-masing gaya tersebut diperlukan oleh
seorang pemimpin sesuai dengan situasi dan kondisi. Apalagi gaya kepemimpinan otokritas dan
demokratis harus dijalankan secara seimbang, pada kondisi penerapan disiplin
harus memakai gaya otokritas, akan tetapi pada kondisi pemecahan masalah yang
akan berdampak luas baiknya memakai gaya demokratis. Seorang pemimpin akan
cenderung berhasil dalam menjalankan kepemimpinan yang berlainan untuk
menghadapi situasi yang berbeda.
D. Sifat-Sifat Kepemimpinan
Setiap orang yang diangkat sebagai pemimpin
didasarkan atas kelebihan- kelebihan yang dimilikinya daripada orang- orang
yang dipimpin. Masing- masing orang mempunyai kelebihan di samping kekurangan-
kekurangannya. Dalam keadaan tertentu dan pada waktu tertentu kelebihan-
kelebihannya itu dapat dipergunakannya untuk bertindak sebagai pemimpin. Akan
tetapi, tidak semua orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk memimpin.
Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya
syarat- syarat serta sifat- sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-
beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang dipegangnya.
Prof. Dr. A. Abdurrachman menyimpulkan
macam- macam sifat pemimpin menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat,
yaitu:
1.
Adil
2.
Suka melindungi
3.
Penuh inisiatif
4.
Penuh daya penarik
5.
Penuh kepercayaan pada diri sendiri
Orday Tead mengemukakan sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin sebagai berikut:
1. Berbadan sehat, kuat dan penuh energi
2. Yakin akan maksud dan tujuan organisasi
3. Selalu berghairah
4. Bersifat ramah tamah
5. Mempunyai keteguhan hati
6. Unggul dalam teknik bekerja
7. Sanggup bertidak tegas
8. Memiliki kecerdasan
9. Pandai mengajari bawahan
10. Percaya pada diri sendiri.
Elsbree dan Reutter mengemukakan syarat - syarat bagi seorang pemimpin (
pendidikan) yang baik harus memiliki :
1. Sifat- sifat personal dan sosial yang baik
2. Kecakapan intelektual
3. Latar belakang pengetahuan yang sesuai
4. Filsafat pendidikan dan bimbingan
5. Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik- teknik mengajar
6. Pengalaman profesional dan nonprofesional
7. Potensi untuk mengembangkan profesinya
8. Kesehatan fisik dan mental.
Setelah mengetahui sifat- sifat kepemimpinan yang baik secara umum dalam
uraian selanjutnya akan dikemukakan beberapa sifat yang diperlukan dalam
kepemimpinan pendidikan :
a. Rendah hati dan sederhana
b. Bersifat suka menolong
c. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d. Percaya kepada diri sendiri
e. Jujur, adil, dan dapat dipercaya
f. Keahlian dalam jabatan.
Sifat-sifat yang dikemukan oleh beberapa
pemikir diatas merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
lembaga pendidikan. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut, kepemimpinan akan
berjalan dengan baik, baik dalam menjalankan tugas pemimpin itu sendiri maupun
dalam mengarahkan dan membimbing bawahannya sehingga terlaksanalah tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) masing-masing dengan profesional tanpa ada yang merasa tak
puas dalam organisasi tersebut sehingga tercapailah tujuan yang diharapkan oleh
lembaga tersebut dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sumber :
Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Absolut, Yogyakarta, 2004.
Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Absolut, Yogyakarta, 2004.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, CV.
Alfabeta, Bandung. 2012.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004.
UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sikdiknas dan No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Cet.1, Visimedia, Jakarta.
M. Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010.